[Penelitian] PEMBELAJARAN KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG MELALUI KUNJUNGAN KE MUSEUM JENANG KUDUS
Oleh: Bilqis Nasywa Ray, Eka Lubna Zahra dan Risma Wahyu Agustina
ABSTRAK
Gusjigang adalah sebuah filosofi berdagang yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Namun, generasi muda saat ini banyak yang tidak mengetahui filosofi ini. Oleh sebab itu, pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda. Tujuan penulisan ini adalah: Untuk mengetahui alasan pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda. Untuk mengetahui filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang kudus. Untuk mengetahui pemahaman siswa SMP Tahfidh Ma’had Yasin terhadap filosofi gusjigang. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa Pembelajaran gusjigang ke generasi muda sangat penting dilakukan karena merekalah yang kelak akan menggantikan generasi saat ini yang mungkin salah satunya menjadi seorang pedagang yang bagus akhlaknya, pinter ngaji dan mahir dalam berdagang. Museum Jenang Kudus adalah museum yang unik karena bertemakan gusjigang. Filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang Kudus sama seperti filosofi gusjigang yang diajarkan Sunan Kudus yaitu bagus, ngaji dan dagang. Pemahaman siswa terhadap filosofi gusjigang semakin meningkat. Yang awalnya mereka tidak mengetahui mengenai filosofi gusjigang jadi tahu tentang filosofi tersebut
Kata kunci: Gusjigang, Museum Jenang Kudus, Pemahaman Siswa
ABSTRACT
Gusjigang is a trading philosophy taught by Sunan Kudus. However, many young people today do not know this philosophy. Therefore, learning gusjigang is very important for the younger generation. The purpose of this paper is: To find out why learning gusjigang is very important for the younger generation. To know the philosophy of Gusjigang contained in the Jenang Kudus Museum. To find out the understanding of Tahfidh Ma’had Yasin Middle School students towards the gusjigang philosophy. This writing uses a qualitative method. The results of this paper indicate that Gusjigang learning to the younger generation is very important because they are the ones who will replace the current generation, one of which may be a trader who has good morals, is good at the Koran and is proficient in trading. Jenang Kudus Museum is a unique museum because it has a gusjigang theme. The gusjigang philosophy contained in the jenang Kudus museum is the same as the gusjigang philosophy taught by Sunan Kudus, namely good, recital and trade. Students’ understanding of the gusjigang philosophy is increasing. At first they didn’t know about Gusjigang philosophy so they knew about it
Keywords: Gusjigang, Jenang Kudus Museum, Student Understanding
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Kudus adalah salah satu kabupaten di Jawa tengah yang lokasinya berada di sebelah timur Kota Semarang. Sejarah lahirnya Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus yang menyebarkan agama islam di Kudus. Metode dakwah yang digunakan sunan kudus untuk mengislamkan masyarakat di Kudus adalah dengan menggunakan metode yang damai dan tidak memaksakan masyarakat untuk memeluk islam. Dakwah yang dilakukan oleh sunan Kudus lebih menekankan bil hal dibanding bil lisan, metode tersebut ternyata dapat menarik masyarakat Kudus waktu itu untuk mempelajari agama Islam. Sunan Kudus juga terkanal dengan julukannya sebagai wali saudagar dan wailyul ilmi (Ainna, 2018: 100). Julukan sebagai wali saudagar diberikan karena kepandaian beliau dalam berdagang. Sunan Kudus memiliki sebuah filosofi dalam berdagang, yaitu gusjigang.
Gusjigang adalah sebuah akronim dari bagus, ngaji dan dagang. Said (dalam Abid, 2017:170) menjelaskan bahwa gusjigang merupakan filosofi yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Gusjigang dianggap sebagai perwujudan karakter masyarakat Kudus dikarenakan filosofi ini sudah sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Kudus. Selama ini masyarakat Kudus dikenal dengan penampilannya yang bagus, memiliki jiwa wirausaha serta pemahaman agama yang dimiliki sangat luas. Lebih lanjut, Nur Said (dalam Mustaqim dan Bahruddin, 2015: 21-22) menjelaskan bahwa ditinjau dari dimensi budaya, Gusjigang adalah sebuah warisan budaya yang tetap dilestarikan dengan cara diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Hal tersebut menjadikan gusjigang tetap lestari dan menjadi salah satu kearifan lokal di Kudus yang tidak terlepas dari peran sunan kudus.
Filosofi tersebut terus berkembang hingga sekarang dan merasuk ke dalam jiwa masyarakat Kudus dalam berwirausaha. Berdagang maupun berbisnis tidak hanya dimaknai sebagai urusan duniawi saja namun juga haru memiliki perilaku yang bagus serta religius. Sehingga, hasil yang diperoleh dari berdagang tersebut tidak hanya dari duniawi saja melainkan juga dari ukhrawi (Mustaqim dan Bahruddin, 2015: 22).
Namun, generasi muda sekarang ini khususnya yang masih duduk di jenjang sekolah masih banyak yang belum mengetahui mengenai filosofi gusjigang ini. Oleh sebab itu, pembelajaran mengenai gusjigang sangat penting untuk diberikan kepada para generasi muda dengan tujuan agar kedepannya ketika mereka berwirausaha tidak hanya mencari keuntungan duniawi saja melainkan juga keuntungan ukhrowi.
Salah satu alternatif pembelajaran kearifan lokal gusjigang adalah dengan melakukan kunjungan ke museum jenang kudus. Museum Jenang sendiri adalah sebuah museum yang dimiliki oleh CV Mubarokfood Cipta Delicia, sebuah pabrik jenang besar yang ada di Kudus. Museum jenang terletak di Jl. Sunan Muria No.33A Kudus, hanya 500 M dari Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus. Museum jenang didirikan pada tahun 2017 bersamaan dengan pendirian showroom sebagai bagian dari Gedung Mubarok Sentra Bisnis dan Budaya (MSBB) oleh CV mubarok food cipta delicia (Pameran bersama vitual, 2020).
Museum jenang menggambarkan mengenai sejarah perkembangan dari pabrik jenang mubarok dari generasi ke generasi, selain itu juga berisi cara pembuatan jenang dari masa ke masa maupun bentuk kemasannya. Dari tahun ke tahun, museum ini terus bertransformasi menjadi pust edukasi mengenai pembuatan jenang hingga sejarah dari kota Kudus itu sendiri. Selain itu, Museum ini juga mengangkat filosofi berdagang dari sunan kudus yang kini menjadi local wisdom dan local culture masyarakat Kudus yaitu Gusjigang yang merupakan akronim dari bagus akhlaknya (spriritual), pintar ngaji (intelektual) dan terampil dagang (entrepreneurship) (Pameran bersama vitual, 2020). Hal tersebut dapat menjadikan museum jenang menjadi salah satu alternatif untuk belajar mengenai filosofi berdagang dari sunan kudus yaitu gusjigang.
Alasan-alasan diatas yang menjadi dasar dari peneliti untuk mendisikripsikan serta mengkaji mengenai pembelajaran kearifan lokal Gusjigang melalui kunjungan ke museum jenang Kudus. Yang akan menjadi fokus penelitiannya adalah pembelajaran kearifan lokal gusjigang yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin yang melakukan kunjungan edukasi ke museum jenang Kudus.
- Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan menjadi rumusan masalah berikut ini:
- Mengapa pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda ?
- Bagaimanakah filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang kudus ?
- Bagaimanakah pemahaman siswa SMP Tahfidh Ma’had Yasin terhadap filosofi gusjigang ?
- Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan :
- Untuk mengetahui alasan pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda
- Untuk mengetahui filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang kudus.
- Untuk mengetahui pemahaman siswa SMP Tahfidh Ma’had Yasin terhadap filosofi gusjigang.
- Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Bagi pemerintah
Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk terus mengenalkan filosofi gusjigang yang menjadi ciri khas dan kearifan lokal yang ada di Kudus. Pengenalan gusjigang tersebut lebih diutamakan kepada para pelajar agar mereka mengetahui mengenai salah satu kearifan lokal yang ada di Kudus. Dibukanya museum jenang kudus yang mengusung kearifan lokal gusjigang juga membantu pemerintah dalam mengenalkan filosofi gusjigang kepada para pengunjungnya.
- Bagi masyarakat umum
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi refleksi masyarakat khususnya masyarakat Kudus untuk lebih mengetahui dan mengenal salah satu kearifan lokalnya yaitu gusjigang. Filosofi gusjigang tersebut diharapkan merasuk kedalam diri masyarakat Kudus dalam berwirausaha. Selain itu, masyarakat khususnya adalah generasi muda di Kudus dapat mengetahui dan memahami mengenai pentingnya mempelajari filosofi gusjigang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- Penelitian Terdahulu
Dalam mengkaji penelitian tentang pembelajaran kearifan lokal Gusjigang melalui kunjungan ke Museum Jenang Kudus terdapat beberapa penelitian yang relevan dan dapat menjadi rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian dari M Ihsan (2017), Muhammad Mustaqim dan Ahmad Bahruddin (2015), Salma Hanifah Putri Susanti dan Putri Agus Wijayati (2020), dan Hasan Bastomi (2019). Penjabaran hasil-hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Penelitian yang pertama dari M Ihsan yang berjudul Gusjigang Katakter Kemandirian Masyarakat Kudus Menghadapi Industrialisasi. Hasil dari penelitian ini adalah gusjigang dijadikan pijakan pengembangan pembelajaran yang berkarakter. Penelitian ini menjadi rujukan peneliti untuk melihat pembelajaran yang dapat diperoleh ketika mempelajari filosofi gusjigang. Penelitian yang kedua dari Mustaqim dan Bahruddin yang berjudul Spirit Gusjigang Kudus dan Tantangan Globalisasi Ekonomi. Hasil dari penelitian ini adlah adanya hubungan spiritualitas dari gusjigang terhaadp perilaku berbisnis. Penelitian ini menjadi rujukan dari peneliti untuk mempelajari hubungan dari gusjigang dengan perilaku dalam berbisnis. Penelitian yang ketiga dari Salma dan Putri yang berjudul Perkembangan Industri Jenang Mubarok Food di Desa Glantengan Tahun 1980-1998. Hasil dari penelitian ini adalah sejarah dari lahirnya jenang muarok yang menjadi cikal bakal didirikannya museum jenang kudus yang telah menerapkan prinsip gusjigang dalam berwirausahanya. Penelitian ini berguna untuk mengetahui mengenai perkembangan dari industri jenang mbarok itu sendiri yang menjadi cikal bakal berdirinya museum jenang kudus. Penelitian yang keempat dari Hasan Bastomi yang berjudul Filosofi Gusjigang Dalam Dakwah Pengembangan Masyarakat Islam Kudus. Hasil dari penelitian ini adalah
- Deskripsi Teoretis
- Sejarah Museum Jenang Kudus
Museum Jenang Kudus merupakan salah satu museum unik yang ada di Indonesia karena yang dipamerkan dalam museum ini adalah Jenang yang menjadi makanan khas masyarakat Kudus. Museum ini dibuat dan didirikan oleh CV Mubarokfood Cipta Delicia (Pameran bersama vitual, 2020). Museum Jenang merupakan bagian dari Mubarokfood sentra bisnis dan budaya yang didirikan pada tahun 2017 (Pameran bersama vitual, 2020). Desain bangunan museum ini sangat menarik karena terdapat visualisasi pembuatan, penyajian hingga pelestarian jenang. Dalam kurun waktu 3 tahun setelah berdirinya museum ini, koleksi museum ini semakin ditambah dengan tujuan utama sebagai media edukasi. Selain itu, Museum ini juga mengangkat falsafah hidup masyarakat Kudus sebagai local wisdom dan local culture serta ajaran moral kehidupan warisan Sunan Kudus, yaitu Gusjigang yang merupakan akronim dari baGUS akhlaknya (spriritual), pintar ngaJI (intelektual) dan terampil daGANG (entrepreneurship) (Pameran bersama vitual, 2020). Selain jenang, koleksi utama lainnya di museum ini juga berkaitan erat dengan sejarah kota Kudus seperti omah kapal, omah kembar, nitisemito dll (Pameran bersama vitual, 2020).
- Filosofi Gusjigang
Sumintarsih dalam (Ihsan, 2017: 163-164) menjelaskan bahwa Gusjigang merupakan sebuah arti dari Bagus, Ngaji dan Dagang. Filosofi tersebut dikenalkan oleh Sunan Kudus dan diajarkan ke masyarakat Kudus dengan harapan agar masyarakat Kudus memiliki akhlak yang bagus, rajin dalam beribdah dan pandai dalam berdagang. Tradisi gusjigang lebih akrab di dengar di kawasan Kudus Kulon khususnya di sekitar menara Kudus. Lebih lanjut, Ihsan (2017: 166) menjelaskan bahwa ciri umum dari filosofi gusjigang adalah kemampuan seseorang dalam berdagang dimulai dari kemampuan dia mencari peluang usaha, kreativitas hingga kemampuan dia dalam memasrkan produknya.
Tobroni (dalam Ainna, 2018: 102-109) menjelaskan bahwa terdapat 6 nilai pendidikan islam yang terkandung dalam Gusjigang, yaitu:
- Nilai Filosofis. Nilai ini dilihat dari filosofi gusjigang itu sendiri yang merupakan kepanjangan dari bagus, ngaji dan dagang. Filosofi tersebut yang menjadi pedoman masyarakat kudus dalam berwirausaha
- Nilai Akhlak. Nilai ini sesuai dengan filosofi gusjigang sendiri yang lebih menekankan akhlak baik berhubungan dengan hablumminaallah, maupun hablumminannas
- Nilai Ilmiah. Nilai ini didapat dari akronim ‘gang’ atau berdagang yang menuntut agar masyarakat Kudus memiliki kepandaian dalam berdagang dengan melakukan berbagai analisis maupun yang lainnya
- Nilai Spiritual. Ini dapat terlihat dari akronim ‘Ji’ yang bermakna ngaji yang menuntut masyarakat Kudus untuk senantiasa beribadah dan mengingat Allah
- Nilai Karya. Nilai ini dapat dilihat dari kata berdagang yang menuntut masyarakat untuk memiliki karya yang akan diperdagangkan
- Nilai Ekonomi/Harta. Berdagang dengan menggunakan filosofi gusjigang diharapkan agar masyarakat yang berwirausaha akan memperoleh dua keuntungan yaitu keuntungan duniawi yang berupa harta dan keuntungan ukhrowinya
- Pembelajaran kearifan lokal
Fajarini (dalam Abid, 2017: 172) menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan sebuah pandagang hidup, ilmu pengetahuan maupun berbagai strategi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lebih lanjut Abid (2017: 172) menjelaskan bahwa kearifan lokal tumbuh di dalam masyarakat yang secara alamiah dijalankan tanpa keraguan maupun paksaan. Jika kearifan lokal dimasukkan dalam materi pembelajaran, maka pembalajaran yang dilakukan tidak hanya bersifat teoritis saja melainkan juga mengajarkan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kearifan lokal dibagi menjadi 3 area, yaitu: Pertama, ontological manifestation yang berarti hal yang membuat kearifan lokal diakui. Kedua, Epistemological expression yang berarti membangkitkan kesadaran masyarakat untuk memperoleh identitas serta mendapatkan kehidupan yang lebih baik melalui pemikiran nusantara, multikulturalisme dan kearifan lokal. Ketiga, Axiological perspective adalah hal-hal yang menunjukkan nasionalisme, moralitas, keselarasan, kebersamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Meliono dalam Abid, 2017: 173).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kearifan lokal adalah sebuah pembelajaran yang menyangkut dengan segala bentuk kehidupan masyarakat dalam lingkup lokalitas tertentu. Kearifan lokal setiap daerah pasti berbeda sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing. Pembelajaran kearifan lokal tersebut dapat dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan mapun dengan melakukan kunjungan ke masyarakat lokal tersebut secara langsung. Salah satu kearifan lokal di Kudus yang unik dan menjadi salah satu filsofi di masyarakat Kudus adalah Gusjigang. Salah satu cara dalam mempelajari filosofi tersebut adalah dengan melakukan kunjungan ke museum jenang Kudus yang mengusung filosofi gusjigang.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Pendekatan dan Strategi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah format penelitian yang memperoleh data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang serta perilaku yang bisa diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2007:3). Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti akan memperoleh pemahaman yang utuh mengenai pembelajaran kearifan lokal gusjigang melalui kunjungan ke museum jenang kudus.
- Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Museum Jenang Kudus yang beralamat di Jl. Sunan Muria No.33, Glantengan, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59313.
- Sumber Data
Sumber data penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Sumber data primer
Data primer merupakan sumber data yang didapatkan secara langsung dari informan di lapangan melalui wawancara yang mendalam (in dept interview) dan observasi partisipatif. Informan peneliti dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin, dan tour guide museum jenang kudus. Observasi partisipatif yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan
- Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang didapatkan secara tidak langsung dari informan di lapangan, meliputi dokumen dan sebagainya.
- Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini teknik pengambilan data informan yang dipakai oleh peneliti adalah purposive sampling.Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah karena informan yang dibutuhkan oleh peneliti sudah ditentukan sebelumnya, yaitu informan yang dianggap peneliti cocok dengan penelitian ini, yaitu siswa dan siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin, guru mata pelajaran ips SMP Tahfidh Ma’had Yasin, dan tour guide museum jenang kudus.
- Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Observasi Partisipatif
Observasi partisipayif adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek yang sedang diteliti dengan melibatkan diri secara langsung di lapangan. Jadi dalam hal ini peneliti datang langsung ke tempat penelitian dengan mempraktekkan secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.
- Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah teknik pengambilan data dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan narasumber yang peneliti anggap cocok dengan topik penelitian ini, yaitu siswa-siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin, guru mata pelajaran ips SMP Tahfidh Ma’had Yasin, pengunjung museum dan tour guide museum jenang kudus
- Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik penggumpulan data dengan menganalisis dokumen-dokumen yang peneliti anggap cocok dengan penelitian ini berupa jurnal, ebook ataupun dokumen yang lainnya.
- Uji Validitas data
Uji validitas data merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam penelitian kualitatif. Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengkombinasikan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono 2016:241). Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong 2010:330). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
- Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintasiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2007:248).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan sejak memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data (Sugiyono 2016:245). Jadi, dalam hal ini peneliti melakukan analisis data sejak kedatangan di museum jenang kudus, selama berada di museum jenang kudus hingga pulang dari museum jenang kudus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran kearifan lokal Gusjigang melalui kunjungan ke museum jenang Kudus. Berikut adalah hasil dari penelitian itu.
- Hasil Penelitian
- Mengapa pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda ?
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ips dan siswa-siswi SMP tahfidh Ma’had Yasin. Guru yang di wawancarai adalah Pak Rudy Setyawan, S.Pd dan siswa-siswi yang di wawancarai adalah Sekar Arum Pujiningastuti dan Miftahur Roihan Arga Maulana. Dari hasil observasi di SMP Tahfidh Ma’had Yasin, semua siswa tidak mengetahui apalagi memahami filosofi gusjigang dari Sunan Kudus. Lebih lanjut Arum dan Arga menjelaskan bahwa selama mereka belajar di SMP Tahfidh Ma’had Yasin mereka belum mengetahui mengenai filosofi gusjigang
“Saya tidak mengetahui tentang filosofi gusjigang” (wawancara dengan Arum dan Arga 11 Juli 2022)
Pak Rudy menjelaskan bahwa pembelajaran gusjigang sangat penting bagi generasi muda khususnya bagi siswa-siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin
“Gusjigang adalah salah satu filosofi berdagang yang berasal dari Sunan Kudus. Filosofi ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dari masyarakat Kudus yang harus dilestarikan. Generasi muda saat ini banyak yang tidak tau mengenai filosofi gusjigang ini salah satunya dari siswa-siswi jenjang smp. Oleh sebab itu, pembelajaran gusjigang sangatlah penting bagi generasi muda agar filosofi ini tetap lestari” (wawancara dengan pak Rudy Setyawan 10 Juli 2022)
Lebih lanjut Tour guide museum jenang kudus menjelaskan bahwa “Berkembangnya agama Islam di Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus. Dakwah Islam yang dilakukan oleh Sunan Kudus dilakukan secara damai dengan mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Salah satu nilai penting yang diajarkan Sunan Kudus adalah filosofi dalam berdagang. Sunan Kudus sendiri terkenal sebagai seorang wali yang pandai dalam berdagang. Kepandaian berdagang tersebut tidak terlepas dari nilai yang selalu beliau pegang teguh yaitu Gusjigang (Bagus, Ngaji dan Dagang). Beliau senantiasa mengajarkan bahwa dalam berdagang niatkanlah untuk beribadah kepada Allah.” (wawancara dengan tour guide 5 Juli 2022). Pak Rudy kemudian menambahkan bahwa “Filosofi berdagang dari Sunan Kudus sangat penting dipelajari oleh generasi muda saat ini, karena merekalah yang kelak akan menjadi penerus generasi saat ini. Mungkin diantara mereka akan ada yang menjadi seorang pedagang. Nah dari itu, filosofi ini sangat penting untuk dipelajari generasi muda agar kelak jika menjadi seorang pedagang, ia akan menjadi pedagang yang bagus akhlaknya, pinter ngaji dan mahir dalam berdagang”
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gusjigang sangat penting bagi pemuda karena pemuda adalah generasi penerus yang kelak akan menggantikan generasi saat ini. Diantara generasi muda tersebut pasti akan ada yang berdagang, dengan mempelajari filosofi gusjigang harapannya adalah jika mereka menjadi seorang pedagang maka mereka diharapkan menjadi menjadi pedagang yang bagus akhlaknya, pinter ngaji dan mahir dalam berdagang.
- Bagaimanakah filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang kudus ?
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan tour guide di museum jenang Kudus. Peneliti menemukan informasi bahwa museum ini mengusung tema gusjigang di dalam museumnya. Hal tersebut terlihat dari adanya ruang pameran gusjigang dalam museum ini. Ruang pameran tersebut terdapat setelah ruang pameran rumah adat Kudus. Di ruang pameran gusjigang menjelaskan juga mengenai filosofi tersebut yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Pengusungan tema gusjigang tidak terlepas dari ajaran Sunan Kudus yang diterapkan oleh CV Mubarokfood Cipta Delicia dalam membuka usaha jenang. Tour guide museum jenang kudus menjelaskan bahwa berdirinya museum jenang kudus tidak terlepas dari berdirinya industri jenang mubarok yang diinisiasi oleh haji mabruri dan hj alawiyah.
“Museum jenang Kudus dibangun pada tahun 2016 dan diresmikan pada tanggal 20 Mei 2017 oleh CV Mubarokfood Cipta Delicia. Usaha jenang mubarok pertama kali didirikan oleh H. Mabruri dan Hj. Alawiyah yang merupakan generasi pertamanya kemudian dilanjutkan oleh H. A. Shochib dan Hj. Istifaiyah yang merupakan generasi kedua dan terakhir adalah H. M. Hilmy, S.E dan Hj. Nujumullaily yang merupakan generasi ketiga industri jenang Mubarok” (wawancara dengan tour guide 5 Juli 2022)
Lebih lanjut, Pak Rudy menjelaskan bahwa “Di Museum jenang Kudus, terdapat ruangan pameran gusjigang. Nah dari ruangan itu, anak-anak bisa belajar mengenai apa itu gusjigang yang dipandu oleh tour guide.”(wawancara dengan Pak Rudy Setyawan 10 Juli 2022). Tour guide museum jenang kudus ikut menambahkan bahwa “Filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang sama seperti filosofi gusjigang dari sunan Kudus yaitu bagus, ngaji dan dagang. Alasan museum jenang mengusung filosofi ini salah satunya adalah untuk mengenalkan salah satu kearifan lokal yang diajarkan oleh sunan kudus kepada masyarakat Kudus khususnya. Selain itu, juga untuk menambah kekhasan dari museum jenang yang tentunya berbeda dengan museum lainnya.” (wawancara dengan tour guide 5 Juli 2022). Kemudian Arum dan Arga ikut menjelaskan bahwa “Kami dan teman-teman pergi ke museum jenang salah satu tujuannya adalah untuk belajar. Belajar mengenai cara pembuatan Jenang, hingga sejarah lokal yang ada di Kudus. Dari kunjungan yang kami lakukan, kami jadi mengerti mengenai proses pembuatan jenang, sejarah yang ada di kudus seperti omah kapal, omah kembar, stasiun di Kudus hingga filosofi gusjigang” (wawancara dengan Arum dan Arga 11 Juli 2022). Lebih lanjut mereka berdua menjelaskan bahwa “Tour guide menjelaskan kepada kita tentang filosofi gusjigang yaitu ajaran dari sunan kudus ketika kita mau berdagang. Tiga hal pokok yang jadi pegangan dalam berdagang adalah Bagus, Ngaji dan Dagang” (wawancara dengan Arga dan Arum 11 Juli 2022).
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang Kudus sama seperti filosofi gusjigang dari sunan Kudus yaitu bagus, ngaji dan dagang. Filosofi tersebut diajarkan secara turun temurun dari Sunan Kudus hingga ke generasi sekarang ini.
- Bagaimanakah pemahaman siswa SMP Tahfidh Ma’had Yasin terhadap filosofi gusjigang ?
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti memperoleh informasi mengenai meningkatnya pemahaman siswa SMP tahfidh Ma’had Yasin terhadap filosofi gusjigang setelah melakukan kunjungan ke museum jenan Kudus. Peningkatan pemahaman tersebut terlihat dari hasil wawancara dengan siswa-siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin dan guru mata pelajaran IPS yaitu Pak Rudy. Berikut hasil wawancaranya.
“Siswa-siswi dan segenap guru SMP Tahfidh Ma’had Yasin melakukan kunjungan ke museum jenang pada tanggal 24 Juli 2022. Tujuan dari kunjungan ke museum jenang adalah untuk berwisata edukasi mengenai sejarah pembuatan jenang khususnya jenang mubarok hingga belajar mengenai filosofi gusjigang yang merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat di Kudus. Siswa-siswi SMP Tahfidh Ma’had Yasin sebagian besar berdomisili di luar Kudus yang tentunya tidak mengetahui mengenai filosofi gusjigang yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Siswa-siswi yang berasal dari Kudus pun tidak ada yang mengetahui mengenai filosofi gusjigang ini. Dengan melakukan kunjungan ke museum jenang Kudus harapan dari saya siswa-siswi dapat mengerti dan memahami mengenai filosofi gusjigang yang merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Kudus. Hal tersebut terlihat setelah kunjungan tersebut, siswa-siswi mengetahui dan mengerti tentang gusjigang setelah saya tanyai beberapa siswa.” (wawaancara dengan pak Rudy Setyawan 10 Juli 2022)
Lebih lanjut Arum dan Arga sama-sama menjelaskan bahwa mereka belajar banyak hal dari kunjungan ke museum jenang kudus salah satunya adalah belajar filosofi gusjigang
“kami belajar banyak hal dari kunjungan edukasi di museum jenang. Satu hal yang menarik dari perhatian kami adalah adanya tempat pameran dengan tulisan gusjigang. Kami kemudian bertanya ke pengelola museum dan mendapat penjelasan bahwa gusjigang adalah filosofi berdagang dari sunan kudus” (wawancara dengan Arum dan Arga 11 Juli 2022)
Pak Rudy menambahkan bahwa “Kegiatan kunjungan ke museum jenang kudus ini dampaknya sangat positif bagi siswa. Mereka yang awalnya tidak tau tentang sejarah pembuatan jenang, sejarah lokal di Kudus hingga filosofi gusjigang jadi tau. Oleh sebab itu, saya berharap agar kunjungan ini akan rutin dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan siswa. Pengetahuan tersebut penting untuk bekal siswa di kemudian hari.” (wawancara dengan Pak Rudy 10 Juli 2022)
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan ke museum jenang kudus berdampak positif bagi siswa khsusnya siswa-siswi smp tahfidh ma’had yasin. Merke jadi mengetahui beberapa hal yang awalnya belum mereka ketahui seperti sejarah pembuatan jenang Kudus, sejarah lokal di Kudus hingga filosofi dari Gusjigang. Hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap hal-hal baru yang awalnya belum mereka ketahui
- Pembahasan
Subbab ini adalah pembahasan dari hasil penelitian diatas yaitu penelitian tentang pembelajaran kearifan lokal gusjigang lewat kunjungan ke museum jenang Kudus. Gusjigang sendiri adalah sebuah singkatan dari bagus, ngaji dan dagang yang merupakan sebuah ajaran dari Sunan Kudus khususnya kepada masyarakat Kudus ketika ingin berdagang. Ajaran tersebut diajarkan secara turun temurun dari Sunan Kudus hingga ke generasi saat ini. Namun, generasi muda saat ini tidak banyak yang mengetahui mengenai filosofi Gusjigang. Hal tersebut dikarenakan generasi muda saat ini lebih asyik memainkan gadgetnya dibanding belajar filosofi gusjigang. Oleh sebab itu, pembelajaran gusjigang kepada generasi muda sangat penting untuk dilakukan khususnya kepada generasi muda di tingkat SMP. Alasan kenapa filosofi gusjigang penting untuk diajarkan kepada generasi muda adalah karena merekalah yang akan menjadi penerus dari generasi saat ini. Diantara generasi muda tersebut mungkinsalah satunya ada yang berprofesi sebagai seorang pedagang. Jika ada yang berprofesi sebagai seorang pedagang, harapannya adalah mereka berdagang dengan menggunakan nilai-nilai gusjigang yang diajarkan oleh Sunan Kudus yaitu bagus akhlaknya, pinter ngaji dan mahir dalam berdagang. Jika mereka menerapkan prinsip ini maka keuntungan yang di dapat tidak hanya keuntungan dari duniawi saja melainkan juga keuntungan yang bersifat ukhrowi
Salah satu tempat di Kudus yang cocok untuk belajar mengenai filosofi gusjigang adalah dengan melakukan kunjungan ke museum jenang Kudus. Museum tersebut mengusung tema gusjigang serta disana terdapat ruang pameran gusjigang. Suatu tempat yang cocok khususnya bagi generasi muda untuk belajar filosofi gusjigang. Hal tersebut yang menjadikan salah satu faktor smp tahfidh ma’had yasin mengadakan kunjungan ke museum jenang Kudus. Filosofi gusjigang yang terdapat di museum jenang kudus sama seperti filosfi gusjigang yang diajarkan oleh Sunan Kudus.
Dari kunjungan siswa-siswi smp tahfidh ma’had yasin ke musuem jenang Kudus, pemahaman mereka tentang filosofi gusjigang semakin meningkat. Yang awalnya tidak tahu sama sekali menjadi tahu. Hal tersebut diharapkan menjadi bekal siswa-siswi nanti di kemudian hari
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari paparan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Nuskhan. (2017). Mengintegrasikan Kearifan Lokal Gusjigang dan Nilai-Nilai Soft Skill dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Elementary, 5(2): 169-190.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Ihsan, M. (2017). Gusjigang; Karakter Kemandirian Masyarakat Kudus Menghadapi Industrialisasi. Jurnal Iqtishadia, 10(2): 153-183.
Mustaqim, Muhammad dan Ahmad Bahruddin. (2015). Spirit Gusjigang Kudus dan Tantangan Globalisasi Ekonomi. Jurnal Penelitian, 9(1): 19-40.
Moleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
___________. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nawali, Khoiron Ainna. (2018). Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Filosofi Hidup “Gusjigang” Sunan Kudus dan Implikasinya Terhadap Kehidupan Masyarakat di Desa Kauman Kota Kudus. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 15(2): 99-113.
Pameran Bersama Virtual. Museum Jenang dan Gusjigang. https://pameranbersamavirtual.id/pameran/MUSEUM_JENANG_DAN_GUSJIGANG, diakses tanggal 2 Juli 2022.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_______. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.