[Cerpen] Birthday School

Karya: Eka Lubna Zahra

Namaku Jovita Irena. Semua orang biasa memanggilku Jovita. Sekarang aku menduduki bangku kelas delapan Sekolah Menengah Pertama. Setiap hari, aku berangkat sekolah menggunakan sepeda. Sebenarnya, ayahku bisa saja mengantarku. Tetapi beliau melatihku agar aku mandiri. Mandiri bukan berarti mandi sendiri, ya. Mandiri adalah sikap seseorang yang mampu mengatur tingkah laku sendiri atau secara pribadi, mampu mengambil keputusan dan berani bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

Adzan subuh berkumandang. Aku segera bangun lalu mengambil air wudhu. Di musholla rumahku, ayah dan bunda sudah menunggu. Aku bergegas menghampiri. Lalu kami melaksanakan sholat berjamaah. Setelah sholat,aku bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Tepat pukul enam lewat lima belas menit, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk aku sampai di sekolah. Aku melihat temanku ada yang berangkat dengan berjalan kaki, naik sepeda, diantar orang tuanya, bahkan beberapa temanku ada yang sudah diperbolehkan orang tuanya membawa sepeda motor.

Aku berjalan menuju kelas. Saat didepan kelas VII, ada yang memanggilku. Aku membalikkan badan. Ternyata yang memanggilku adalah Naufal, sang ketua osis.

         “Ada apa?” tanyaku.

         “Nanti ada rapat osis, setelah istirahat pertama” jawab Naufal.

         “Oh, oke. Aku ke kelas dulu” pamitku.

         “Iya, hati hati. Sampai ketemu nanti”.

Aku melanjutkan perjalananku menuju kelas yang terletak di lantai 2. Tak lama setelah aku sampai di kelas, bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama hari ini adalah Pendidikan Pancasila. Pak guru memasuki kelas lalu menjelaskan materi tentang pancasila.

         “Istilah pancasila sudah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad keempat belas terdapat pada buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca. Pancasila disepakati oleh pendiri negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Ada yang tau kapan hari kesaktian pancasila?”.

  “Satu Oktober” jawab Kiki, salah satu murid pandai di sekolah.

         “Ya, bagus. Sekarang coba kamu tuliskan di papan tulis bunyi sila pertama sampai sila kelima” tunjuk Pak Guru pada Kiki.

Kiki maju ke depan lalu mulai menulis di papan tulis.

                 1. Ketuhanan yang Maha Esa

                 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

                 3. Persatuan Indonesia

                 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

                 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bel istirahat yang ditunggu oleh semua siswa telah berbunyi. Semua siswa berbondong bondong menuju kantin, termasuk aku dan Dyah, sahabatku. Kami telah sampai di kantin, untungnya kami masih mendapatkan kursi. dyah memesan makanan dan aku menjaga kursi agar tidak di duduki orang lain. Tak lama, pesanan pun tiba, aku dan Dyah segera berdoa lalu memakan makanan yang sudah kami pesan.

Istirahat pertama telah usai, aku dan Dyah segera ke ruang osis untuk melaksanakan rapat osis. Disana sudah ada Naufal dan Michael. Setelah semua pengurus osis berkumpul, rapat pun dimulai. Naufal sebagai ketua osis mengawali.

       “Selamat pagi menuju siang semuanya, semoga kalian selalu dalam keadaan sehat. Kali ini kita akan membahas tentang ulang tahun sekolah. Nggak lama lagi, sekolah kita ini akan berulang tahun. Kita sebagai pengurus osis ditunjuk langsung oleh kepala sekolah untuk membuat acara seperti tahun-tahun sebelumnya. Pertama, kita tentukan temanya apa. Terus tempatnya, dekorasinya, susunan acaranya. Ada yang mau usul?”

        “Gimana kalau acaranya indoor?. Biar beda kayak tahun tahun sebelumnya.” usulku.

        “Ya, boleh juga” Naufal menganggukan kepalanya.

        “Aku usul juga, temanya tentang suku bangsa. Semua murid pakai pakaian adat. Terus kayak fashion show gitu. Gimana?” Michael memberi usulan.

         “Boleh nggak kalau ekskul band tampil juga?” tanya Abi yang kebetulan mengikuti ekstrakurikuler band.

         “Boleh banget itu, biar temen temen nggak bosen” Naufal menyetujui.

Setelah hampir satu jam rapat, akhirnya membuahkan hasil. 

     Acara ulang tahun sekolah.

         Tempat: Aula utama.

         Hari tanggal: Sabtu malam, 04 Februari 2023.

         Waktu: 19:00.

Hari berlalu. Sekarang hari Sabtu tanggal 04 Februari. Tandanya nanti malam adalah acara ulang tahun sekolah. Saat ini aku dan Naufal sedang berada di ruang kepala sekolah untuk meminta izin mengganti kegiatan belajar mengajar pada dua jam terakhir dengan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Setelah mendapatkan izin, aku dan Naufal bergegas menuju ruang pengumuman untuk memberikan pengumuman kepada seluruh siswa.

         “Pengumuman untuk seluruh siswa, dimohon untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah pada dua jam terakhir pelajaran. Sekian dari saya. Terima kasih.” Naufal mengumumkan menggunakan mic.

Kerja bakti telah selesai, semua murid pulang kecuali aku dan pengurus osis lainnya karena harus mendekorasi aula untuk acara nanti malam. Semuanya telah selesai sekitar jam lima sore. Aku segera pulang. Sesampainya di rumah, aku bergegas mandi lalu mengganti baju. Aku harus berangkat ke sekolah lagi nanti saat jam setengah tujuh. Lebih awal dari yang lain karena harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Pastinya tidak hanya aku, pengurus osis lainnya juga sama. Huft, hari yang sangat melelahkan.

Setelah aku mengganti pakaianku dengan kostum yang sudah aku tentukan, aku segera bergegas keluar rumah karena ayah sudah menunggu. Ayah mengantarkanku karena beliau khawatir jika aku keluar malam. Setelah sampai di sekolah, aku melihat sudah ada Abi, Michael, Dyah, Fajar, Razaan, Luna. Tetapi aku tidak melihat Naufal.

         “Naufal dimana?” tanyaku setelah menghampiri mereka.

         “Belum datang” jawab Fajar.

         “Bagaimana sih, seharusnya sebagai ketua osis dia bisa datang lebih awal!” emosiku.

         “Mungkin lagi macet dijalan, kamu sabar aja, jangan emosi. Nih” Razaan memberiku minuman botol.

Lima menit berlalu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Naufal dan itu membuat emosiku naik. Teman teman berusaha meyakinkan ku kalau Naufal sebentar lagi sampai. Sampai akhirnya, murid-murid lain sudah mulai berdatangan, tetapi Naufal masih belum menunjukkan batang hidungnya. Acara tidak bisa dimulai tanpa Naufal karena dia yang membawakan susunan acaranya. Karena teman-teman yang lain dan guru sudah datang serta desakan dari Razaan, akhirnya aku menggantikan Naufal membawakan susunan acara. Nggak tanggung jawab banget!, awas aja kamu, Naufal. Ucapku dalam hati.

Acara fashion show berjalan dengan lancar. Saat ini acara pemotongan kue oleh kepala sekolah. Naufal belum datang juga. Aku sedikit khawatir dengannya. Aku terus melamun memikirkan tentang keadaannya dan membuatku tidak fokus.

         “Hei, kamu kenapa? acara pemotongan kue udah selesai. Sekarang waktunya makan-makan sama ekskul band mau tampil. Kamu nggak makan?” Razaan membuyarkan lamunanku.

          “Eh iya nanti, aku mau ke kamar mandi dulu” aku berjalan menuju kamar mandi.

Saat  melewati gudang sekolah, aku mendengar gedoran pintu dari dalam. Aku awalnya sedikit takut, tapi aku memberanikan diri untuk mendekat. Terdengar suara dari dari dalam dan suara itu sangat familiar di telingaku. Naufal!. Ya itu suara Naufal. 

          “Naufal?” aku bertanya sambil mengetuk pintu gudang.

          “Jovita! tolong aku Jov, aku dikunci disini”.

          “Iya bentar bentar” aku mencoba membuka pintu dengan kunci yang masih menggantung.

Akhirnya pintu berhasil dibuka dan aku melihat Naufal masih memakai seragam sekolah.

           “NAUFAL! kamu kok bisa dikunci disini?”.

           “RAZAAN! dia yang ngunci aku disini!” Naufal menunjukkan raut muka marah.

           “Hah?!, kamu serius?”

           “Buat apa aku bohong, Jovita” 

           “Tenangin diri kamu dulu, aku tau kamu bakal nyamperin Razaan, tapi jangan sekarang, kamu nggak mau kan ngehancurin acara yang udah susah-susah kita susun?” aku berusaha menenangkan Naufal yang terlihat sangat marah.

Aku jadi merasa bersalah kepada Naufal karena tadi telah ber negative thinking kepadanya.

             “Kamu dari tadi belum pulang?” tanyaku.

              “Belum”

              “Orang tuamu nggak nyariin kamu?”

            “Aku udah izin kalo pulang malem. Kamu balik aja ke aula aku mau ke ruang osis, mau ganti baju”.

            “Iya. Tapi nanti omongin baik baik ya sama Razaan. Jangan pakai kekerasan.” aku menuju kamar mandi.

            “Hm”

Acara sudah selesai, semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Kecuali pengurus osis pastinya. Kami sedang membersihkan sisa-sisa acara tadi.

           “MAKSUD LO APAAN NGUNCI GUE DI GUDANG!”.

Aku menoleh dan melihat Naufal mendorong Razaan.

           “JANGAN NUDUH SEMBARANGAN! BUKTINYA APA? HAH?!” Razaan juga terlihat emosi karena didorong.

           “GUE LIHAT SENDIRI!”

           “Udah udah, selesain baik baik, jangan pakai emosi!” leraiku.

Kami memutuskan untuk membersihkan aula dulu. Setelah aula bersih, kami berdiskusi tentang masalah tadi. Razaan benar-benar susah sekali mengakui kesalahannya. Gengsinya tinggi. Ternyata alasan Razaan mengunci Naufal adalah karena Razaan tidak suka dengan Naufal sejak Naufal mengalahkannya di pertandingan basket sebelum mereka menjadi pengurus osis.  Amarah Naufal akhirnya sedikit mereda setelah Razaan mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Walaupun aku tau dia masih sangat marah. Naufal segera meninggalkan aula setelah dia berpamitan.

Saat ini aku sudah sampai dirumah. Jam menunjukkan pukul 21:00, aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya yang tadi belum sempat aku lakukan. Setelah itu aku langsung pergi ke kamarku dan mulai tidur. Sebelum tidur, aku mengevaluasi diriku sendiri, kesalaha- kesalahan apa yang sudah kuperbuat dan berjanji kepada diriku untuk tidak akan mengulanginya lagi. Acara ulang tahun sekolah tadi serta kejadian Naufal dan Razaan akan kujadikan pelajaran agar kedepannya lebih baik lagi. Semoga hari esok lebih baik dari hari ini ucapku dalam hati. Setelahnya, aku pun berdoa dan tidur.

The End 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *